JENIS AIR SUSU IBU (ASI) DAN KANDUNGAN GIZI DALAM ASI

JENIS AIR SUSU IBU (ASI) DAN KANDUNGAN GIZI DALAM ASI

Jusnia Paluseri S.KM

JENIS AIR SUSU IBU (ASI) DAN KANDUNGAN GIZI DALAM ASI rumah puspa mom and baby care bekasi

Perempuan adalah makhluk Allah SWT yang sangat istimewa, dikarenakan perempuan mampu melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh kaum lelaki. Diantaranya mengandung, melahirkan dan menyusui. Semua perempuan akan merasa sempurna ketika dinyatakan hamil oleh dokter, namun ketika melahirkan bayi yang mungil, tidak semua perempuan atau ibu mampu menyusui bayinya dengan maksimal. Bahkan ada yang lebih memilih menggantikan ASI dengan susu formula yang beragam merek. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, mulai dari kurangnya pengetahuan terkait kandungan gizi yang ada dalam ASI, tahu tapi acuh dan yang paling sering ditemukan adalah karena alasan medis.

(Sri Astuti et al, 2015) mengatakan bahwa ASI atau Air Susu Ibu mengandung komponen makronutrien dan mikronutrien. Komponen yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, potrein dan lemak, sedangkan mikronutrien mencakup vitamin dan mineral, dan hampir 90% tersusun dari air. Selain itu, volume dan komposisi nutrien ASI berbea untuk setiap ibu tergantung dari kebutuhan bayi. Contohnya, pada satu sampai lima hari pertama melahirkan, tubuh menghasilkan kolostrum yang sangat kaya protein.

Jika demikian, maka seorang itu tidak perlu khawatir dan ragu dengan zat gizi yang terkandung dalam ASI., karena makanan dan minumanan terbaik bagi bayi baru lahir hingga berusia enam bulan adalah air susu ibu. Seorang ibu juga tidak perlu panik, ketika ada perubahan bentu ASI dari kental ke bentuk cair, karena masing – masing bentuk ASI memiliki manfaat dan kandungan gizi tersendiri. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis ASI yang seri ditemukan saat menyusui.

1.    ASI Kolostrum

Menurut (Lawrance dan Lawrance 2005 dalam Maria, 2012), kolostrum diproduksi sejak kira – kira minggu ke-16 kehamilan (aktogenesis) dan siap untuk menyongsong kelahiran. Kolostrum ini berkembang menjadi ASI yang matang / matur, pada sekitar tiga sampai empat hari setelah persalinan. Kolostrum merupakan suatu cairan kental berwarna kuning / jingga yang sangat pekat, tetapi terdapat dalam volume yang kecil pada hari – hari awal kelahiran, yang menjadikannya makanan ideal bagi bayi baru lahir. Vulume yang kecil ini memfasilitasi koordinasi pengisapan, menekan dan bernapas pada saat yang bersamaan di hari – hari awal kehidupan. Bayi baru lahir mempunyai ginjal yang belum sempurna dan hanya sanggup menyaring cairan dengan volume kecil. Kolostrum juga mempunyai efek membersihkan, membantu membersihkan perut dari mekanium, yang mengurangi kemungkinan kuning/ikterus.

Kolostrum berisi antibodi serta zat – zat anti infeksi seperti IgA, Lisosoun, laktoferian, dan sel – sel darah putih dalam konsentrasi tinggi, dibandingkan dengan ari susu biasa. Juga kaya akan faktor – faktor pertumbuhan serta vitamin – vitamin yang larut dalam lemak, khususnya vitamin A. (Stables dan Rankin, 2010 dalam Maria, 2012)

Dikarenakan ASI kolostrum pada awal kelahiran masih diproduksi dalam jumlah sedikit, bahkan hanya satu sendok teh sekali perah. Maka ibu dan keluarga terutama suami tidak perlu khawatir, serta panik sang bayi akan kelaparan, karena bayi baru lahir masih memiliki pasokan lemak yang bertahan selama dua sampai tiga hari. Lambung bayi juga masih sebesar kelereng, maka dengan meminum satu sendok ASI kolostrum saja sudah mampu mengenyangkan bayi.

Dari pengalaman penulis, kebanyakan ibu menyusui yang mengeluh tidak keluarnya ASI sejak hari pertama kelahiran sampai hari kedua, bahkan ada yang sampai hari keempat. Sehingga sang bayi diberikan susu formula dengan alasan bayi akan kelaparan dan dehidrasi. Jika diantara kalian mengalami masalah yang sama saat hari pertama melahirkan, maka kalian disarankan untuk tetap tenang dan tidak stres, karena stres akan menghambat produksi ASI. Salah satu cara atau alternatif yang harus dilakukan ialah melakukan pemijatan dibagian leher, punggung, tulang belakang (sela – sela kiri dan kanan tulang belakang, dimulai dari leher menuju tulang ekor, menggunakan ibu jari dengan bentuk gerakan rotasi atau memutar mengikuti arah jarum jam).

Dilanjutkan dengan pemijatan bagian payudara, menggunakan tiga jari (telunjuk, jari tengah, jari manis), menggerakkan tiga jari tersebut berbentuk rotasi, dari pangkal payudara (bagian atas payudara) hingga ariola  (bagian hitam yang mengililingi puting payudara). Kemudian perah menggunakan jari tangan, dengan posisi jam 12 dan jam 6 (ibu jari berada pada posisi jam 12, sedangkan jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking berada pada posisi jam 6, tepat dibagian bawah payudara), lali gerakkan jari dari pangkal menuju bagian ariola, kemudian tekan. Lakukan secara berulang untuk hasil yang maksimal.

Baca juga: Kebutuhan ASI dan ukuran lambung pada bayi baru lahir

2.    Susu Transisi (Transition Milk)

Susu ini adalah susu yang di produksi dalam dua minggu awal (lagtogenesis I), volume susu bertambah secara bertahap, konsentrasi imunoglobin menurun dan terjadi penambahan unsur yang menghasilkan panas (calorific contant), lemak dan laktosa. (Stables dan Rankin, 2010 dalam Maria, 2012)
ASI transisi mengandung banyak lemak dengan susu (laktosa), sedang pada saat penyapihan kadar lemar dan protein meningkat seiring bertambah banyaknya kalenjer payudara. Walaupun kadar protein latosa dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap periode menyusui, tetapi kadar lemaknya meningkat. (Sri Astuti et al, 2015)

3.    Susu Matur (Matur Susu)

Kandungan susu matur dapat berfariasi diantara waktu menyusi. Pada awal menyusi, susu ini kaya akan protein, laktosa dan air “fire milk”, dan ketika penyusunan berlanjut,  kadar lemak bertambah secara bertahap, sementara volume susu berkurang “bind milk”. Terjadi penambahan lemak yang signifikan pada pagi hari dan awal sore hari. (Kent et al, 2006 dalam Maria, 2012)

Dari penjelasan di atas, diharapkan para ibu menyusui mampu memberikan ASI ekslusif kepada sang buah hati dari hari pertama kelahiran, sampai bayi berusia enam bulan. Tanpa khawatir bahwa ASI yang keluar tidak mencukupi kebutuhan bayi, dan tidak mengandung gizi seimbang. Perlu diingat bahwa bentuk ASI yang kental, encer, atau berbeda warna, masing – masing memiliki kandungan gizi berbeda – beda dan penting bagi pertumbuhan bayi. Peran suami dalam kesuksesan pemberian ASI sangat berpengaruh, maka suamipun dianjurkan untuk mengambil peran di dalamnya.

Kandungan gizi yang ada dalam ASI tidak perlu diragukan lagi, bahkan kecanggihan teknologi yang ditemukan manusia hebat sekalipun tidak mampu mengalahkan kualitas ASI. Berikut ini, akan dijelaskan beberapa kandungan atau komposisi gizi di dalam Air Susu Ibu (ASI).

1.    Karbohidrat

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia, untuk menambah energi dalam beraktifitas. Bayi baru lahirpun sangat membutuhkan zat gizi karbohidrat, sebagai sumber energi untuk otak. Sebagaimana yang dijelaskan oleh (Sry Astuti et al, 2015), bahwa karbohidrat yang menjadi penyusun utama ASI adalah laktosa dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau susu formula.

Namun demikian, angka kejadian diare yang disebabkan karena tidak dapat mencerna laktosa (intoleransi laktosa) jarang ditemukan pada bayi yang mengkonsumsi ASI. Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula. Manfaat lain dari laktosa yaitu  mempertinggi absorpsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan). Sesudah melewati tahap ini, maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil.

(Maria, 2012) juga memiliki penjelasan yang sama bahwa laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI (98%), dan dengan cepat dapat diurai menjadi glukosa. Laktosa penting bagi pertumbuhan otak dan terdapat konsentrasi dalam susu manusia dibandingkan dengan susu mamalia lainnya. Laktosa juga mengatur volume produksi susu melalui cara osmosis.

2.    Protein

Protein dalam ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein kasein dan lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah protein kasein yang terdapat dalam ASI hanya 30% dibandingkan susu sapi yang mengandung protein ini dalam jumlah tinggi (80%). Selain itu, betalaktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang berpotensi menyebabkan alergi banyak terdapat pada susu sap (Sry Astuti et al, 2015).

Protein dadih atau (whey protein) mengandung protein anti – infeksi, sementara kasein penting untuk mengangkut kalsium dan fosfat. Laktoferin mengikat zat besi, memudahkan absorpsi dan mencegah pertumbuhan bakteri di dalam usus. Faktor bifidus yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan lactobacillus bifidus (bakteri baik) untuk menghambat bakteri jahat dengan jalan meningkatkan pH tinja bayi. Taurin juga dibutuhkan untuk menghubungkan atau mengkonjugasikan garam – garam empedu dan menyerap lemak pada hari – hari awal, serta membentuk mielin sistem saraf (Maria, 2012).

Kualitas protein ASI juga lebih baik dibandingkan susu sapi yang terlihat dari profil asam amino (unit yang membentuk protein). ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap dibandingkan susu sapi. Salah satu contohnya adalah asam amino taurin. Asam amino ini hanya ditemukan dalam jumlah sedikit di dalam susu sapi. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak yang sedang berkembang. Taurin ini sangat dibutuhkan bayi prematur, karena kemampuan bayi prematur untuk membentuk protein sangat rendah. (Sry Astuti et al, 2015)

ASI juga kaya akan nukleotida (kelompok berbagai jenis senyawa organik yang tersusun dari basa nitrogen, karbohidrat, dan fosfat) dibandingkan dengan susu sapi yang mempunyai zat gizi ini dalam jumlah sedikit. Selain itu, kualitas nukleotida ASI juga lebih baik dibandingkan susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan bakteri dalam usus, serta meningkatkan penyerapan besi dan daya tahan tubuh (Sry Astuti et al, 2015).

3.    Lemak

Lemak merupakan sumber energi utama dan menghasilkan kira – kira setengah dari total seluruh kalori susu. Lipid terutama terdiri dari butiran – butiran trigliserid, yang mudah dicerna dan yang merupakan 98% dari seluruh lemak susu ibu (RCM, 2009 dalam Maria- 2012). ASI terdiri dari asam lemak tak jenuh rantai panjang yang membantu perkembangan otak dan mata, serta saraf dan sistem vaskuler. Namun, lemak yang terdapat dalam susu ibu bervariasi sepanjang menyusui, bertambah bila payudara kosong (Czank et al., 2007 dalam Maria, 2012). Payudara penuh diasosiasikan dengan jumlah lemak yang lebih tinggi (Kent, 2007 dalam Maria, 2012).

Terdapat beberapa perbedaan antara profil lemak yang ditemukan dalam ASI dengan susu sapi atau formula. Lemak omega-3 dan omega-6 yang berperan pada perkembangan otak bayi banyak ditemukan dalam ASI. Selain itu, ASI juga mengandung banyak asalam lemak rantaiasam arakidonat (aracidonic acid, ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. Susu sapi tidak mengandung kedua komponen ini. Oleh karena itu, hampir semua susu formula dtambahkan DHA danARA yang ditambahkan ke dalam susu formula tentunya tidak sebaik yang terdapat dalam ASI. Jumlah lemak total di dalam kolostrum lebih sedikit dibandingkan ASI matang, tetapi mempunyai presentase asam lemak rantai panjang yang tinggi (Sry Astuti et al, 2015.

ASI mengandung asam asam lemak jenuh dan tidak jenuh yang seimbang, dibandingkan dengan susu sapi yang lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Sepertinya yang telah kita ketahui, konsumsi asam lemak jenuh dalam jumlah banyak dan lama tidak baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. (Sry Astuti et al, 2015)

4.    Zat Besi

Bayi – bayi yang diberi ASI tidak membutuhkan suplemen sebelum usia enam bulan, karena rendahnya kadar zat besi dalam ASI yang terikat oleh laktoferin, yang menyebabkannya menjadi lebih terserap (bioavailable) dan dengan demikian mencegah pertumbuhan bakteri – bakteri di dalam usus. Susu formula mengandung kira – kira enam kali lipat “zat besi bebas”yang kurang terserap sehingga memacu perkembangan bakteri dan risiko infeksi. Elemen lainnya terdapat dalam konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan yang ada dalam susu formula, tetapi dianggap ideal karena mudah diserap (Walker, 2010 dalam Maria, 2012).

Kandungan zat besi di dalam ASI maupun susu formula keduanya rendah serta bervariasi. Namun, bayi yang mengkonsumsi ASI mempunyai risiko yang lebih kecil untuk mengalami kekurangan zat besi dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula. Hal ini disebabkan karena zat besi yang berasal dari ASI lebih mudah diserap, yaitu sebanyak 20%  - 50% dibandingkan formula yang hanya 4% - 7% (Sry Astuti et al, 2015).

5.    Vitamin

Vitamin yang ada dalam ASI jenisnya beragam, tetapi terdapat dalam jumlah yang relatif sedikit. Vitamin K yang berfungsi sebagai faktor pembekuan jumlahnya sekitar seperempat jika dibandingkan dengan kadar dalam susu formula. Dengan demikian, untuk mencegah terjadinya pendarahan, maka perlu diberikan vitamin K pada bayi baru lahir yang diberikan dalam bentuk suntikan. Demikian pula dengan vitamin D, karena jumlahnya yang juga sedikit, maka bayi tetap membutuhkan tambahan vitamin D yang berasal dari cahaya matahari. Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya bayi baru lahir untuk berjemur pada pagi hari. (Sry Astuti et al, 2012)

Vitamin lainnya yang juga terdapat dalam ASI adalah vitamin A dan vitamn E. Vitamin A yang terdapat dalam ASI jumlahnya cukup tinggi. Tidak hanya itu, ASI juga memproduksi beta-karoten sebagai bahan baku pembentukan vitamin A. Selain untuk kesehatan mata, vitamin A juga penting untuk memacu pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan, vitamin E memiliki fungsi yang tidak kalah penting, karena fungsinya dalam ketahanan dinding sel darah merah. Kekurangan vutamin E dapat mengakibatkan terjadinya kekurangan darah (anemia hmolitik) (Sry Astuti et al, 2012).

Selain yang sudah disebutkan sebelumnya, ada juga vitamin larut air yang terkandung di dalam ASI, diantarana adalah vitamin B1, B2, B6, B9 (asam folat), dan vitamin C. Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI (Sry Astuti, 2012).

6.    Elektrolit dan Mineral

Kandungan elektrolit dalam ASI sepertiga lebih rendah dari susu formulla, dan 0,2% natrium, kalium dan klorida. Kalsium, fosfor dan magnesium terkandung dalam ASI dalam konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dalam plasma (Maria, 2012).

Tinggi rendahnya mineral dalam ASI tidak dipengaruhi oleh status gizi ataupun makanan yang dikonsumsi oleh ibu. Mineral yang terkandung dalam ASI adalah kalsium, dan vitamin D ini mengakibatkan kalsium dalam ASI bisa diserap dengan baik oleh bayi. Mineral lainnya yang juga terkandung di dalam ASI adalah zinc yang berguna untuk membantu proses metabolisme, dan selenium yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan (Sry Astuti et al, 2015).

Dengan penjelasan kandungan gizi yang ada dalam ASI di atas, diharapkan dapat menambah informasi bagi para ibu hamil dan para suami dalam menanti kehadiran sang buah hati tercinta. Atau bagi para ibu menyusui dan para suami yang sedang bingung dengan masalah yang dihadapi terkait dengan ASI. Perlu diingat bahwa, semahal atau sebagus apapun kemasan susu formula, tidak dapat menggantikan kandungan gizi yang ada di dalam air susu ibu (ASI), bahkan dianjurkan agar memberikan ASI hingga sang bayi memasuki usia dua tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar